Tuesday, March 29, 2011

29 1/2 Hari-Sinopsis 1

Dua sembilan setengah hari bercerita tentang empat tokoh utama : Grey, Nero, Kenzi, dan Keira, serta satu tokoh yang menyebut dirinya Penonton Anonim. Pada mulanya, para tokoh tersebut tidak terhubung satu sama lain. Namun, kisah masa lalu merekalah yang tanpa disadari menjadi benang merah dan penghubung tak kasatmata di kehidupan masa kini.

Para tokoh tersebut mulanya telah begitu yakin dengan jawaban-jawaban parsial mengenai keterpisahannya dengan cinta dan kehidupan sehingga nyaris tak pernah berpikir bahwa ada sesuatu yang perlu mereka pelajari tentang cinta dan kehidupan.

Sampai suatu hari, mereka dihadapkan pada kenyataan bahwa yang dibutuhkan untuk memahami cinta bukanlah perkara waktu dan keberuntungan, melainkan keyakinan baru bahwa cinta adalah kekuatan aktif yang sejatinya ada di dalam diri setiap orang dan sanggup meruntuhkan dinding keterpisahan.

Grey
Seorang fotografer dan travel writer yang menghabiskan sebagian besar hidupnya di berbagai tempat di belahan dunia. Bertahun-tahun ia meyakini bahwa hidupnya adalah perjalanan dan perjalanan itu sendirilah yang menjadi rumah baginya, sampai suatu hari ia mengalami sebuah periode kekosongan hidup dan mulai mempertanyakan di manakah sesungguhnya ‘rumahnya’ berada. Ia pun memutuskan untuk melakukan perjalanan napak tilas demi menyusun ulang kepingan masa lalu yang telah membentuk dirinya saat ini.

Perjalanan yang berlangsung selama 29 ½ hari itu dipicu oleh kenyataan bahwa kekasihnya ternyata tengah mengidap HIV dan memilih untuk menghentikan pengobatan serta menyendiri_bersiap-siap menghadapi kematian_ketimbang tetap tinggal di sampingnya.

Di tengah perjalanan napak tilas itu, Grey mulai menyadari bahwa apa yang sedang dilakukannya bukan sekadar suatu cara berpaling dari kekosongan, melainkan memang ada sesuatu yang belum selesai antara dirinya dan kehidupan masa lalunya.

Nero
Seorang produser sebuah acara televisi (yang merasa dirinya pecundang) dan sedang berusaha membuktikan pada dunia bahwa ia bukan pecundang yang tiba-tiba berubah nasibnya karena menang lotere. Ia lalu membuat sebuah acara televisi dan berharap acara itu akan melejitkannya kembali ke puncak kesuksesan.

Setelah berjibaku dengan banyak ide, akhirnya ia berhasil membuat sebuah realiti dokudrama bertema cinta dengan tajuk ‘29 ½ Hari’. Acara itu menayangkan kehidupan orang-orang yang tidak percaya dan bermasalah dengan cinta, kemudian ditantang untuk melakukan perubahan selama 29 ½ hari.

Seiring perjalanan waktu, Nero mulai menyadari bahwa apa yang terjadi di dokudramanya seperti sebuah metafora untuk hidupnya sendiri. Sama seperti para pemain di realiti dokudrama itu, ia juga tak benar-benar memahami apa itu cinta.

Kenzi
Seorang pria 27 tahun yang menganggap kelahirannya ke dunia ini karena keterpaksaan, kecelakaan, dan kesalahan kedua orangtuanya. Kenyataan itu membuatnya menutup diri dan menjauh dari kebutuhan hakiki manusia, mencintai dan dicintai. Ia merasionalisasikannya dengan keyakinan bahwa tanpa cinta, hidupnya_sampai batas tertentu_akan baik-baik saja.

Meskipun begitu, jauh di dalam dirinya tersimpan keinginan untuk bisa jatuh cinta. Untuk itu, ia mulai bereksperimen di laboratorium untuk mensintesis sebuah substansi yang bisa membuat seseorang merasakan sensasi jatuh cinta.

Selama ini, ia merasa hidupnya cukup tenang dan nyaman di bawah payung ilmu pasti, sampai suatu hari, takdir menyeretnya pada berbagai peristiwa yang tak dapat dikalkulasi : kenyataan mengenai orangtuanya, pertemuan dengan orang-orang baru, keikutsertaannya sebagai pemain realiti dokudrama 29 ½ Hari, dan seseorang yang berhasil mengubah pandangannya tentang cinta.

Keira
Seorang presenter acara televisi yang hidupnya terus terikat pada bayangan kelam masa lalu yang membuatnya tidak percaya pada cinta.

Suatu hari, seorang pria yang selama ini dianggapnya sekadar-kekasih-tempelan-saja, melamarnya. Peristiwa itu membuatnya harus menyusuri lorong-lorong gelap yang terkunci di dalam hatinya. Keira sadar bahwa kesulitannya membuka hati bukan cuma karena trauma masa lalunya, melainkan karena seorang pria lain, yang diyakininya telah membawa kunci hatinya pergi.

Saat pria itu tiba-tiba pulang, ia berpikir inilah kesempatan terakhirnya untuk membuat pria itu tetap tinggal di sampingnya selamanya. Tapi, ternyata pria itu pulang bukan karena dirinya, melainkan karena ia sedang sakit parah dan sekadar ingin menunaikan janji padanya. Pria itu juga mengatakan agar Keira tak menunggunya lagi karena hatinya telah ditautkan pada orang lain. Saat mengetahui semua itu, Keira berusaha untuk melepaskannya. Meskipun berhasil, namun ketenangan jiwa tak kunjung datang. Ia pun bergabung dengan 29 ½ Hari yang membuatnya belajar banyak hal dan membukakan matanya pada makna mencintai.

Penonton Anonim
Sehari setelah pergantian tahun, ia memutuskan untuk menghadapi satu-satunya kepastian yang menunggunya di masa depan. Kematian.

Tidak ingin menunggu 365 hari lagi atau lebih, ia memutuskan hal itu harus terjadi lebih cepat. Namun, dalam waktu dua puluh sembilan setengah hari, hidupnya berputar seratus delapan puluh derajat. Ia memutuskan untuk menjauh dari tepi jurang kematian dan berjalan menatap masa depan. Apapun yang akan dihadapinya.

2 comments:

  1. menarik
    tapi kok kenapa ya, karakter yg muncul di kisah2 cinta kaum urban seperti ini selalu stereotype, alias hampir2 sama
    Pasti berkisar : fotografer, pekerja advertising, musisi, pekerja seni, broadcast, penulis di majalah atau hal2 yg seputarnya.
    Padahal masih banyak profesi2 lain yang punya potensi untuk 'mengalami' hal yg sama dg yg mereka (orang2 kaum urban itu red.) alami.

    Masih ada PNS, tukang sapu jalan, pembantu rumah tangga, penjaga warung, penjaga museum, ibu rumah tangga dll.
    Bukan karena profesi diatas lebih 'keren' untuk dituliskan dibanding dengan profesi2 di bawah kan...

    sekedar masukan
    CMIIW

    ReplyDelete
  2. halo ronitoxid, terimakasih untuk apresiasi dan masukkannya :)

    menurut saya siapapun dengan pekerjaan apapun layak diangkat menjadi sebuah cerita karena pada dasarnya semua orang memiliki kisahnya masing-masing.

    tokoh-tokoh di novel 29 1/2 Hari memang ditakdirkan untuk berprofesi seperti itu bukan karena alasan pekerjaannya keren atau tidak, tapi lebih karena kebutuhan ceritanya saja.

    suatu saat saya juga ingin mengeksplor profesi2 lainnya, karena menurut saya semua pekerjaan itu menarik, keren atau tidaknya justru tergantung bagaimana seseorang menjalankan pekerjaan itu :)

    ReplyDelete