Tuesday, March 29, 2011

29 1/2 Hari-Sinopsis 2

Empat orang yang berbeda dan seorang penonton anonim terikat oleh jalinan tak kasatmata mengenai pertanyaan tentang kehidupan serta cinta. Setiap orang telah begitu yakin dengan jawaban-jawaban parsial mengenai keterpisahannya dengan cinta dan nyaris tak pernah berpikir bahwa ada sesuatu yang perlu mereka pelajari tentang cinta dan kehidupan.
Tanpa kehadiran orang lain yang bermakna untuk diriku, aku bukanlah siapa-siapa.(Grey, Fotografer & Travel Writer, Perancis)
“Saya bisa menjelaskan gambaran yang lebih sederhana tentang cinta dengan analogi sepatu: Hanya punya satu sepatu bagus yang dipakai setiap saat bukanlah investasi yang pintar. Gimana kalau satu-satunya sepatu itu rusak? Apa yang akan kita pakai? Punya setidaknya tiga sepatu bagus, baru aman. Lagi pula, apakah ada ‘sepatu segala cuaca’ yang bisa membuat saya setia dan tidak tergoda potongan harga?(Nero, Produser Realiti Dokudrama 29 ½ Hari, Bandung)

“Bagi saya, kehidupan itu cuma ada tidaknya aktivitas sel-sel yang membentuk tubuh, begitupun dengan kebahagiaan dan kesedihan manusia. Semuanya tidak lebih dari perilaku sejumlah besar sel-sel syaraf. Sesungguhnya, ingatan dan harapan manusia, serta siapa yang akan dicintainya sudah disimpan dan dikodekan dalam sirkuit. Jatuh cinta hanyalah sebuah sensasi yang terjadi karena adanya reaksi kimia di otak manusia. (Kenzi, Staf Peneliti, Tokyo)
“Kurasa, saat memutuskan untuk menikah, banyak orang tidak sadar kalau mereka sebenarnya bukan mengikuti keinginan hatinya, melainkan sedang mengikuti gagasan orang banyak. Jika saya seperti kebanyakan orang maka saya akan aman dari kesepian dan keterpisahan. Mereka tidak sadar bahwa pernikahan justru membuat mereka sangat dekat dengan perpisahan dan kesedihan....”
“Saya ingin bisa mencintai seperti halnya orang lain, tetapi bagaimana jika bagian terkecil di hati saya, perangkat penting untuk mencintai, sudah dibawa seseorang pergi. Selama ini, saya sedang menunggu ia mengembalikannya....” (Keira, Presenter Acara Televisi Traveler Secret, Jakarta)
            “Perjalanan ini telah memperlihatkan padaku mengenai kekuatan cinta yang tertidur di dalam diri semua orang. Yang ketika terbangun mampu meruntuhkan dinding keterpisahan. Menjadikan mereka semua terikat, terpilin, dan berbelit satu sama lain membentuk gumpalan kisah misteri dengan Cinta sebagai teka-teki utamanya. (Dikutip dari : Catatan Seorang Penonton Anonim)

No comments:

Post a Comment